Minggu, 30 Oktober 2016

Ini Alasan Sinyal 4G di Indonesia Masih "Lemot"

Pengguna ponsel di Indonesia harus segera meninggalkan teknologi 2G dan bermigrasi ke 4G agar tidak semakin ketinggalan kemajuan digital.



Berbicara di sela-sela acara acara Qualcomm 4G/5G Summit di Hong Kong, 17-19 Oktober 2016, Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong mengatakan bahwa migrasi dari 2G ke 4G ini menjadi tantangan utama Indonesia sebelum beranjak ke teknologi selanjutnya.

Menurut dia, besarnya pengguna 2G justru menghambat efektivitas 4G di Indonesia sebab keduanya menggunakan pita frekuensi yang sama, yakni 1.800 MHz. Pelanggan 4G bisa saja tidak puas dengan performa 4G akibat pemakaian spektrum yang sama untuk 2G.

Penggunaan pita frekuensi yang sama untuk spektrum 2G dan 4G inilah yang membuat sinyal 4G belum maksimal di Indonesia, alias masih "lemot".

"Kalau (2G) itu enggak dikosongin, entar 4G-nya cuma 10 MHz bandwidth-nya, idealnya itu 20 MHz," kata Ong, Rabu (19/10/2016), di Hong Kong.

Baca: XL Berhenti Kembangkan Jaringan 2G

Sementara Senior Regional Head for Qualcomm South East Asia & Pasific, Mantosh Malhotra mengatakan, banyaknya pengguna ponsel 2G di Indonesia menjadi salah satu hambatan untuk mengikuti tren teknologi.

Ia berpendapat bahwa Indonesia merupakan pasar besar dan semestinya berpeluang mencicipi kecepatan perubahan telekomunikasi.

Menurut Malhotra, tiga tahun ke depan akan menjadi waktu paling krusial bagi Indonesia untuk menentukan sikap.

"Jika tidak juga memutus penggunaan 2G, Indonesia akan sulit menghadapi persaingan dengan negara lain, baik di bidang telekomunikasi, ekonomi, maupun bidang lain," kata Malhotra.

Untuk mempercepat peralihan itu, Qualcomm akan bekerja sama dengan operator untuk mengedukasi pengguna ponsel 2G tentang pentingnya penggunaan 4G.

Itu tentu bukan pekerjaan mudah, terutama bagi masyarakat pedesaan yang tidak memiliki daya beli terhadap ponsel 4G.

Baca: 5 Cara Menghemat Kuota Internet Smartphone

Di pihak lain, pemerintah juga diminta mengeluarkan regulasi untuk membatasi hingga menyudahi pemanfaatan frekuensi 2G.

Apabila hal itu terpenuhi, Ong optimistis bahwa perpindahan ke teknologi 4G ini bisa terwujud pada 2019 atau lebih cepat dibandingkan pada adopsi 2G ke 3G yang mencapai waktu sepuluh tahun.

Mengutip riset dari GfK, Ong mengatakan bahwa dari total penjualan ponsel pintar 3G dan 4G di Tanah Air saat ini, sebanyak 60 persen di antaranya sudah berkemampuan generasi keempat.

Ini menjadi sebuah tanda bahwa Indonesia bisa segera beradaptasi dengan 4G.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar